TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab)

TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab)



Dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.

Berikut ini penjelasan mengenai tahapan – tahapan GROW :

  • Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
  • Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
  • Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
  • Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Coaching ditandai dengan adanya tujuan yang akan dicapai biasanya dari coachee, selanjutnya ada ide-ide baru yang dihasilkan dan akhirnya ada kesimpulan dan rencana aksi yang akan dilakukan yang berpihak pada Coachee , berpikiran dan bersikap terbuka, memiliki keingintahuan yang kuat, mendengarkan dengan aktif , tidak memiliki asumsi, dan label pada coachee. Coaching adalah mengantarkan seseorang dimana saat ini berada di situasi yang diinginkan di masa yang akan datang, sebuah pendampingan individu atau kelompok kecil dengan dua arah komunikasi dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh coachee.

Bertanya dengan menggunakan kata APA, BAGAIMANA, menghindari pertanyaan konfirmasi dan berakhir pada kesimpulan penilaian, Mendengarkan dan bertanya dengan bisa diterima dengan isyarat perhatian tidak mengabaikan dan pertanyaan dengan pertanyaan  APA dan Bagaimana. 

Coaching awalnya dikenal pengertiannya dengan bahasa Hugaria CoKs yang berarti kereta cepat sekitar tahun 1500, kemudian pada tahun 1800 berubah arti menjadi pembimbing siswa dan pada tahun 1860 berubah arti menjadi Manajer klub olahraga dan pada tahun 1960 digunakan dalam gerakan human development dan akhirnya pada tahun 1995 dijadikan definisi coaching sesuai ICF lahir. 

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Seorang guru penggerak diharapkan mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi murid Anda. Bagaimana cara seorang guru menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.


Kompetensi Dasar Coach

Keterampilan membangun dasar proses coaching
keterampilan membangun hubungan baik
keterampilan berkomunikasi
keterampilan memfasilitasi pembelajaran


TIRTA Coaching dalam Guru Penggerak

Dalam program Guru Penggerak terdapat konsep TIRTA Coaching, berikut pembelajaran yang berkaitan dengan TIRTA Coaching dalam program Guru Penggerak.


1. Tujuan Umum 

Biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee. Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

  • Apa rencana pertemuan ini?
  • Apa tujuannya?
  • Apakah tujuan dari pertemuan ini?
  • Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
  • Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.


2. Identifikasi

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

  • Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
  • Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
  • Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan?
  • Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
  • Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
  • Apa solusinya?

3. Rencana Aksi

  • Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
  • Adakah prioritas?
  • Apa strategi untuk itu?
  • Bagaimana jangka waktunya?
  • Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
  • Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?


4) Tanggung Jawab

  • Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
  • Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
  • Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

ALUR PERCAKAPAN “TIRTA”


Tujuan

Ada 2 Pertanyaan yang Harus diajukan:

Contoh pertanyaan:

  • Apa yang topik/agenda percakapan kita kali ini?
  • Apa yang ingin Bapak/Ibu dapatkan dari percakapan ini?

Identifikasi

Contoh pertanyaan:

● Situasinya sekarang seperti apa?

● Apa yang mempengaruhi hal itu?

● Situasi yang diinginkan seperti apa?

● Apa yang bisa membuat itu terwujud?


Rencana aksi

Contoh Pertanyaan:

● Ada gagasan apa untuk ......?

● Apa yang harus disiapkan untuk itu?

● Apa yang bisa memastikan hal itu berjalan?

● Apa kriteria... yang diinginkan?

● Apa lagi?


Tanggung jawab

Contoh pertanyaan

  • Jadi apa yang akan dilakukan setelah sesi ini dari alternatif-alternatif tadi?
  • Kapan? Siapa yang perlu dihubungi?
  • Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?
  • Siapa yang perlu dimintai dukungan?


Pertanyaan penutup:

● Apa yang bisa disimpulkan dari sesi ini?

● Apa yang menjadi insight dari sesi ini?


ALUR TIRTA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK SISWA


Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar siswa dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat siswa menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu siswa mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak siswa. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat siswa melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat siswa lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, siswa dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

Siswa kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama